Menarik picu adalah salah satu dasar dari kemampuan markmanship yang
patut dikuasai untuk mengeksekusi tembakan yang bermutu. Begitu
pentingnya kemampuan ini sehingga sub bagian ini saja memerlukan
penekanan sendiri dan mendapatkan namanya sendiri yaitu teknik kontrol
picu (trigger control). Dalam melakukan penekanan picu ada dua
elemen vital yang terlibat yaitu
(1) Penekanan picu tidak boleh
mengganggu posisi senapan yang telah diatur melalui langkah sebelumnya
(2) Penekanan picu harus dilakukan dalam periode yang sangat singkat yaitu di antara jeda pernafasan (respiratory pause,).
Kontrol picu adalah salah satu dasar markmanship. Gambar diambil dari: http://www.outdoorlife.com/blogs/gun-shots/2013/04/dry-fire-key-better-rifle-accuracy-and-trigger-control |
Tentang Tangan
Pernahkah anda berpikir bahwa untuk melakukan tindakan rutin sehari-hari
menggunakan tangan kita merupakan suatu prestasi? Merupakan prestasi
tersendiri karena melibatkan begitu banyak otot-otot tangan dan kelompok
otot dengan persarafannya yang kompleks. Hal yang tidak disadari ini
membutuhkan koordinasi yang prima untuk dilakukan secara presisi dan
merupakan satu ciri yang membedakan seorang manusia dengan spesies lain
termasuk kerabat terdekatnya yaitu primata. Seorang manusia baru bisa
melakukan koodinasi yang akurat dari kedua tangan untuk pekerjaan
menulis saja pada umur 6 tahun. Jauh melebihi waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai fitur andalan manusia lainnya yaitu berjalan tegak dengan
kedua kaki yang biasanya dapat dicapai setelah berumur 1 tahun.
Potensi yang dapat dilakukan oleh tangan manusia begitu besar sehingga
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Potensi ini dapat dilihat dari
begitu banyaknya otot yang terlibat dalam pergerakan halus tangan. Dalam
pergerakan tangan dikenal dua golongan otot yaitu golongan otot
intrinsik (berada di dalam tangan) dan golongan otot ekstrinsik (berada
di luar tangan, terletak di bagian lengan depan).
Menarik picu dengan terkendali bukanlah hal yang alamiah dilakukan semua
orang. Untuk memegang senapan dan menarik picu juga dibutuhkan
koordinasi dari dua golongan otot yang disebutkan di atas. Walaupun
kemampuan ini tidaklah secara naluriah didapati namun kemampuan ini bisa
dipelajari dan dilatih.
Kelompok otot penggerak tangan khususnya pemegang popor dan penekan picu senapan. Gambar atas kelompok otot intrinsik dan di bawah kelompok otot ekstrinsik. Perhatikan berbagai banyak dan kompleksnya konfigurasi berbagai otot ini.
Pada intinya karena sulitnya koordinasi yang harus dilakukan, setiap
usaha tangan untuk menekan picu dapat menimbulkan potensi gerakan yang
tidak diinginkan. Secara teknis penempatan genggaman popor (pistol grip)
pada telapak tangan harus menyediakan ruang yang cukup antara pistol
grip dan jari telunjuk. Berikutnya pergerakan jari telunjuk saat menekan
picu tidak boleh menyebabkan penekanan ke samping saat picu bergerak
mundur. Penekanan samping ini dapat menyebabkan pergerakan senapan
sehingga akan mempengaruhi kualitas akhir tembakan. Secara spesifik
untuk melakukan penekanan picu dengan tepat, bilah picu harus
ditempatkan pada bantalan ruas jari terujung dan bukan dikaitkan ke
sendi buku jari ataupun ruas jari tengah.
Penempatan bilah picu yang benar. Diambil dari: http://www.issf-sports.org/academy/trainingacademy/e_learning/rifle.ashx |
Ruang yang cukup antara telunjuk dengan pistol grip. Panjang langkah picu penting pada senapan kelas pertandingan. Diambil dari: http://www.issf-sports.org/academy/trainingacademy/e_learning/rifle.ashx |
Bilah picu ditekan lurus ke belakang
sehingga pergerakan mundur picu pararel dengan sumbu panjang laras.
Ketidakmampuan melakukan hal ini misalkan akibat menekan picu secara
menyamping dapat meningkatkan kekerasan picu dan menimbulkan tekanan
picu yang tidak merata. Selanjutnya tekanan yang tidak rata ini
menimbulkan sentakan (jerking) akibat sudut dan tambahan friksi
pada mekanisme picu. Belum lagi perpindahan titik bidik akibat gerakan
otot-otot yang tidak dibutuhkan karena tambahan kekerasan picu tadi.
Posisi dan gerakan menekan bilah picu diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerak picu lurus ke belakang dan sejajar sumbu panjang laras. Diambil dari: http://www.issf-sports.org/academy/trainingacademy/e_learning/rifle.ashx |
Berbagai variasi ringan dari sudut pergelangan dan dampaknya terhadap arah gerak belah picu. Sedikit saja perubahan sumbu tangan terhadap lengan mempengaruhi arah penekanan bilah picu. Pada gambar tengah dan kanan tampak picu tertekan ke arah samping. Hal ini berarti tahanan tambahan dan pergerakan yang tidak diinginkan pada senapan. Diambil dari: http://www.issf-sports.org/academy/trainingacademy/e_learning/rifle.ashx |
Tentang Picu
Pada umumnya senapan angin dan senjata api memiliki dua jenis picu.
Berdasarkan tenaga yang dibutuhkan untuk mengaktifkan picu dikenal picu
satu tingkat (single stage trigger) dan picu dua tingkat (two stage trigger).
Sesuai namanya, single stage trigger memiliki satu ambang kekuatan
untuk mengaktifkan picu. Kekuatan yang secara gradual diaplikasikan pada
picu akan "pecah" pada satu ambang tahanan. Sedangkan pada two stage
trigger yang biasanya terdapat pada kelas senapan premium akan
menunjukkan dua tingkat tahanan untuk memecahkan picu. Pada tingkat
pertama tahanannya akan terasa sangat ringan dan berikutnya diikuti
tahanan yang lebih keras untuk memecahkan ambang tahanan picu yang
sesungguhnya. Mekanisme ini membantu memperbaiki akurasi dengan jalan
mengurangi tenaga relatif yang dibutuhkan untuk memecahkan ambang
kekuatan picu dan membantu mempersiapkan penembak untuk mencapai timing menembak
yang lebih tepat. Dengan momen persiapan ini kita dapat memprediksi
kapan sekiranya tembakan akan terlepas dan hal ini juga dapat mengurangi ketegangan otot yang tidak disadari saat berusaha mengantisipasi tembakan.
Dari cara menarik bilah picu teknik menekan picu dapat dibagi menjadi:
Merata (Even)
Dikatakan praktik menarik bilah picu ini sering digunakan pada penembak
muda ataupun penembak yang belum terlatih di mana periode jeda tenangnya
pendek. Pada cara ini penembak akan menarik picu dengan tingkat
pertambahan kekuatan yang konstan tanpa memedulikan gerakan senapan
hingga ambang tahanan picu terlampaui sebelum gerakan senapan menjadi
terlalu liar.
Gradual
Cara ini lebih umum dilakukan dan biasanya dikerjakan pada penembak yang
lebih berpengalaman di mana tingkat ketenangan telah lebih tinggi dan
jeda kestabilan posisinya lebih lama. Penembak akan menarik bilah picu
dengan kekuatan yang bertahap meningkat. Bila dirasakan gerakan senapan
mulai meningkat, penembak akan menahan tarikan picunya dan menunggu
gerakan ini mereda dahulu baru kemudian melanjutkan meningkatkan
kekuatan tarikan picu hingga ambang picu terpecahkan.
Pulsating
Pada cara ini telunjuk penekan picu tidak pernah diam. Secara konstan
dan merata telunjuk ini bergerak secara periodik menyentuh dan
melepaskan/meregangkan tarikan pada bilah picu. Dengan teknik ini
penembak mendapatkan keseimbangan dari proses persarafan yang melibatkan
perangsangan dan penenangan sehingga menghasilkan tingkatan yang lebih
tinggi pada reaksi dan koordinasi gerakan. Cara ini dikatakan hanya
dilakukan pada penembak papan atas karena berpotensi melakukan sentakan
pada bilah picu.
Hubungan antara tahanan picu terhadap waktu pada berbagai teknik menekan picu. Diambil dari: http://www.issf-sports.org/academy/trainingacademy/e_learning/rifle.ashx |
Berbagai Kesalahan Umum saat Menekan Picu
Berbagai kesalahan yang lazim terjadi berkaitan dengan kontrol picu berkaitan dengan gerakan tubuh yang tidak disadari (involuntary body movement). Hal ini dapat terjadi saat picu ditarik (menyentak/jerking) ataupun merupakan reaksi tidak disadari setelah picu ditarik (flinching). Flinching diasosiasikan dengan reaksi tidak disadari tubuh terhadap recoil senapan seperti menguatkan pegangan senapan. Hal ini juga bisa terjadi pada penembak senapan yang tidak mengalami recoil. Baik jerking maupun flinching keduanya dapat terjadi baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan.
Untuk mendiagnosis kesalahan yang terjadi pada saat menekan picu, skema di bawah ini dapat membantu kita.
Berbagai kesalahan umum akibat pegangan senapan dan kontrol picu yang buruk. Diambil dari: http://www.n-ssa.org/NORTHWEST/Flinching%20and%20Jerking.htm |
Pada senapan angin yang telah di-zero dengan baik beberapa kegagalan mimis mengenai titik tengah sasaran (bull's eye atau 10) akibat teknik kontrol picu dapat dijelaskan sepert di bawah ini:
1. Jatuh pada posisi pukul 3 adalah tipe umum akibat menyentak bilah picu (jerking) maupun flinching;
2. Jatuh pada posisi pukul 4-5 adalah jerking dan/atau flinching yang diikuti dengan pergerakan bahu;
3. Jatuh pada posisi pukul 6 terjadi karena tangan penyokong mengendur setelah tembakan dilepaskan;
4.
Jatuh pada posisi pukul 9 terjadi karena tangan menegang akibat
mengantisipasi recoil tembakan (pada senapan dengan tipe recoil seperti
senapan angin per);
5. Jatuh di posisi tinggi terjadi karena gerakan ke depan sebagai antisipasi terhadap recoil setelah picu dipecahkan.
Meningkatkan Kemampuan Kontrol Picu
Seperti yang disinggung sebelumnya, kemampuan menarik picu secara
terkendali adalah salah satu kemampuan dasar dalam markmanship.
Kemampuan ini tidak alami didapatkan dan melibatkan berbagai macam
komponen tubuh yang membutuhkan koordinasi. Maka latihan dengan semua
komponen terkait dalam markmanship adalah mutlak untuk mencapai kualitas
tembakan yang baik.
Untuk melatih semua rangkaian siklus menembak ini dikenal adanya istilah dry firing.
Dry firing atau tembakan hampa memiliki banyak manfaat untuk
meningkatkan kemampuan kita dengan pengulangan-pengulangan ritual
menembak yang benar. Dalam dry firing kita akan melihat di mana
kelemahan-kelemahan kita seperti bagaimana ujung laras bergerak saat
kita melakukan penekanan picu. Cara ini murah dan bisa dilakukan di
lahan yang terbatas. Lakukan sesering mungkin sebelum memasuki latihan
dengan mimis yang berkualitas hingga kita mendapatkan refleks dan
ingatan otot yang terlatih. Hanya kebosanan dan rasa cepat puas yang
menjadi lawan bertanding paling tangguh kita saat dry firing dilakukan.
Bahkan peralatan sederhanan seperti bolpoin retractable dapat berguna untuk melatih memori otot terhadap penekanan picu yang benar. Diambil dari: http://blog.predatorbdu.com/2013/12/sage-dynamics-firearms-training.html |
Demikian rangkuman saya mengenai topik kontol picu yang saya dapatkan
dari berbagai sumber cuma-cuma di internet. Semoga berguna. Terbuka
untuk masukan dan pertanyaan.